Rabu, 11 November 2009

Menjadi Muslimah Ideal


"Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)". (QS. An-Nisa’(4):34).


Ayat di atas menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik utama wanita muslimah yang ditampilkan oleh Allah Ta'ala, yaitu: Sholihat, Qonitat dan Hafidhot.


Pertama, Sholihat (wanita yang sholih)

Yaitu beribadah kepada Allah Ta'ala dengan penuh keikhlasan hanya mengharap ridha-Nya semata buka pujian dan sanjungan dari orang lain. Dan dalam beribadah kepada-Nya, ia selalu mencontohi Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam. Karena Inti agama ada dua pilar, yaitu Tauhid (tidak menyembah kecuali kepada Allah), dan Ittiba' (mencontoh Rosululloh dalam menyembah dan melaksanakan syari'at Alloh Ta'ala)". Firman Alloh Ta'ala:


"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi" .(QS. Az Zumar: 65)


مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa beramal sesuatu yang tidak pernah aku perintah/contohkan, maka ia (amal) tersebut tertolak (sia-sia)" (Hadits Riwayat Imam Bukhori)


Maka seorang Muslimah tidak akan menyekutukan Allah Ta'ala (syirik) dalam ibadahnya dengan bentuk apapun, dan juga tidak melakukan ajaran kecuali yang dicontohkan Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Di antara dosa syirik yang dapat menggugurkan semua pahala amalan kita di antaranya adalah:


a. Syirik Akbar (syirik besar): seperti meminta dan berharap kepada orang yang telah mati, jin, pusaka dll selain Alloh Ta'ala (Yunus: 106), Memberi ketaatan yang sama antara Allah dengan makhluk-Nya, (QS.at-Taubah;31), Mencintai makhluk menyamai cintanya kepada Allah Ta'ala. (QS. al- Baqarah;165).


b. Syirik Ashghar (kecil), Seperti bersumpah dengan selain Allah dan riya’.

Sebagaimana hadits Rosululloh yang artinya: Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatir kepada kalian adalah syirik kecil yaitu riya," (HR.Ahmad dari Mahmud bin Labid)


c. Syirik khofi (samar), yaitu syirik yang terselubung.

Seperti sabda Rasulullah yang artinya: Maukah kalian kuberitahu tentang sesuatu yang lebih aku takuti (terjadi) pada kalian daripada Al-Masih Ad-Dajjal?, mereka menjawab, Ya, wahai Rasulullah!. Beliau bersabda, Syirik yang samar, seperti seorang yang berdiri lalu dia melakukan shalat maka dia perbagus shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang melihatnya, (HR.Ahmad , dari Abi Said Al- Khudri).



Kedua, Qhanithat (taat)

Ibnu Abbas menafsirkan kalimat Qhanithat dalam ayat ini adalah taat kepada suaminya. Namun, karena keumuman lafadz, maka ta'at yang dimaksud di sini bisa juga meliputi taat kepada kedua orang tua, sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam QS al Isro': 23-24)


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ah, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS.Al -Isra; 23-24)


"Suatu hari di musim haji seorang laki-laki menggendong ibunya ketika tawaf dalam keadaan yang berdesakan. Ia bertanya kepada Ibnu Umar,Apakah dengan ini aku sudah membalas jasa ibuku ?. Ibnu Umar menjawab,Belum, sekalipun setetes air susunya. Dan seorang tidak akan mungkin bisa membalas jasa kedua orang tuanya kata Rasulullah, kecuali ia dapatkan bapaknya tertawan menjadi budak kemudian dia tebus dan memerdekakannya" (HR.Muslim).


Nabi shollallohu 'alaihi wasallam ditanya: amalan apa yang paling afdhal, beliau menjawab: "Shalat di awal waktu, berbakti pada orang tua, dan jihad fi sabilillah (HR.Bukhari Muslim). Bahkan ketika sudah meninggal duniapun,orang tua masih punya hak, Nabi bersabda: "Mendoakannya, memohonkan ampunan untuknya, dan menyambung persahabatan yang pernah dia bina di masa hayatnya. (HR.Ahmad), dan Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam menganggap, durhaka kepada orang tua, termasuk salah satu dosa besar. (HR.Bukhari Muslim).


Allah Ta'ala mengajarkan doa yang kita baca untuk orang tua:

Ya, Allah ! Tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang salih yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. (QS.Al-Ahqaf;15)


Ketaatan Juga termasuk taat kepada pemimpin dan siapaun selama tidak mengajak kepada kemaksiatan, Rasulullah bersabda,Tidak boleh taat kepada makhluk, dalam maksiat kepada Alloh.


Begitu juga taat kepada suami, bagi seorang isteri hal ini merupakan sebuah ibadah dan kewajiban. Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:


إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Apabila wanita telah shalat lima waktu, dan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka dikatakan kepadanya; masuklah ke surga lewat pintu mana yang disuka, (HR.Ahmad dari Abdurrahman bin Auf).


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

Kalau wanita diajak oleh suaminya ke ranjang, kemudian dia menolak maka malaikat akan melaknatnya sampai pagi, (HR.Bukhari Muslim).


Ketiga, Hafidzaat (memelihara diri ketika suami tidak ada).

Islam memuliakan wanita muslimah dari kedzaliman jahiliyah yang memperbudak wanita bahkan membunuh anak-anak wanitanya. firman Allah Ta'ala: (QS. An- Nahl (16):58-59).


Al-Quran sangat memperhatikan prinsip-prinsip kesetaraan jender yang bisa dianalisa dengan lewat beberapa variabel sebagai standar di antaranya; laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah yang mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba yang ideal (muttaqin), (QS. 49:13). Penghargaan dan balasan yang akan diperoleh oleh hamba adalah sama tanpa melihat status jendernya, (QS.16:97). Sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi di dunia dan di akherat, (QS.3:195), (QS.4:124), (QS.16:97), (QS.40:40).


Beberapa bentuk kekhususan yang diberikan kepada laki-laki seperti sebagai qawwamah (pelindung) bagi perempuan, (QS.4:34), mendaptakan warisan yang lebih, (QS.4:11), diperkenankan poligami bagi yang memenuhi persyaratan, (QS.4:3), tidaklah menyebabkan laki-laki menjadi hamba yang utama, tetapi harus dipahami sebagai bentuk tanggung jawab yang lebih besar kepada laki-laki dalam kapasitasnya yang mempunyai peran publik dan sosial yang lebih dari perempuan.


Untuk menjaga kehormatan dan kesucian itulah, Allah memerintahkan muslimah untuk menutup auratnya dan tidak dipamerkan kepada orang yang bukan mahramnya. Allah Ta'ala berfirman, "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki- laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki- laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. al-Nur (24): 31).


Firman Allah Ta'ala,Hai Nabi, katakanlah kepada istri- istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri- istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.Yang demikian itu agar mereka lebih mudah utk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu". (QS.Al-Ahzab:59)


Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,Wanita yang paling baik adalah muslimah yang apabila anda melihatnya, kau akan senang, apabila kau menyuruhnya dia akan taat, dan apabila engkau tidak ada di sampingnya, dia akan menjaga dirinya dan hartamu, (HR. Ibnu Jarir)


Inilah beberapa karakteristik utama muslimah yang ideal menurut al-Quran dan Sunnah. semoga Allah Ta'ala memberikan kita hidayah dan inayah-Nya kepada kita, Amin. Wallahu Alam bishshawab




MENJADI MUSLIMAH IDEAL


"Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)". (QS. An-Nisa’(4):34).


Ayat di atas menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik utama wanita muslimah yang ditampilkan oleh Allah Ta'ala, yaitu: Sholihat, Qonitat dan Hafidhot.


Pertama, Sholihat (wanita yang sholih)

Yaitu beribadah kepada Allah Ta'ala dengan penuh keikhlasan hanya mengharap ridha-Nya semata buka pujian dan sanjungan dari orang lain. Dan dalam beribadah kepada-Nya, ia selalu mencontohi Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam. Karena Inti agama ada dua pilar, yaitu Tauhid (tidak menyembah kecuali kepada Allah), dan Ittiba' (mencontoh Rosululloh dalam menyembah dan melaksanakan syari'at Alloh Ta'ala)". Firman Alloh Ta'ala:


"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi" .(QS. Az Zumar: 65)


مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa beramal sesuatu yang tidak pernah aku perintah/contohkan, maka ia (amal) tersebut tertolak (sia-sia)" (Hadits Riwayat Imam Bukhori)


Maka seorang Muslimah tidak akan menyekutukan Allah Ta'ala (syirik) dalam ibadahnya dengan bentuk apapun, dan juga tidak melakukan ajaran kecuali yang dicontohkan Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Di antara dosa syirik yang dapat menggugurkan semua pahala amalan kita di antaranya adalah:


a. Syirik Akbar (syirik besar): seperti meminta dan berharap kepada orang yang telah mati, jin, pusaka dll selain Alloh Ta'ala (Yunus: 106), Memberi ketaatan yang sama antara Allah dengan makhluk-Nya, (QS.at-Taubah;31), Mencintai makhluk menyamai cintanya kepada Allah Ta'ala. (QS. al- Baqarah;165).


b. Syirik Ashghar (kecil), Seperti bersumpah dengan selain Allah dan riya’.

Sebagaimana hadits Rosululloh yang artinya: Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatir kepada kalian adalah syirik kecil yaitu riya," (HR.Ahmad dari Mahmud bin Labid)


c. Syirik khofi (samar), yaitu syirik yang terselubung.

Seperti sabda Rasulullah yang artinya: Maukah kalian kuberitahu tentang sesuatu yang lebih aku takuti (terjadi) pada kalian daripada Al-Masih Ad-Dajjal?, mereka menjawab, Ya, wahai Rasulullah!. Beliau bersabda, Syirik yang samar, seperti seorang yang berdiri lalu dia melakukan shalat maka dia perbagus shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang melihatnya, (HR.Ahmad , dari Abi Said Al- Khudri).



Kedua, Qhanithat (taat)

Ibnu Abbas menafsirkan kalimat Qhanithat dalam ayat ini adalah taat kepada suaminya. Namun, karena keumuman lafadz, maka ta'at yang dimaksud di sini bisa juga meliputi taat kepada kedua orang tua, sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam QS al Isro': 23-24)


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ah, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS.Al -Isra; 23-24)


"Suatu hari di musim haji seorang laki-laki menggendong ibunya ketika tawaf dalam keadaan yang berdesakan. Ia bertanya kepada Ibnu Umar,Apakah dengan ini aku sudah membalas jasa ibuku ?. Ibnu Umar menjawab,Belum, sekalipun setetes air susunya. Dan seorang tidak akan mungkin bisa membalas jasa kedua orang tuanya kata Rasulullah, kecuali ia dapatkan bapaknya tertawan menjadi budak kemudian dia tebus dan memerdekakannya" (HR.Muslim).


Nabi shollallohu 'alaihi wasallam ditanya: amalan apa yang paling afdhal, beliau menjawab: "Shalat di awal waktu, berbakti pada orang tua, dan jihad fi sabilillah (HR.Bukhari Muslim). Bahkan ketika sudah meninggal duniapun,orang tua masih punya hak, Nabi bersabda: "Mendoakannya, memohonkan ampunan untuknya, dan menyambung persahabatan yang pernah dia bina di masa hayatnya. (HR.Ahmad), dan Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam menganggap, durhaka kepada orang tua, termasuk salah satu dosa besar. (HR.Bukhari Muslim).


Allah Ta'ala mengajarkan doa yang kita baca untuk orang tua:

Ya, Allah ! Tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang salih yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. (QS.Al-Ahqaf;15)


Ketaatan Juga termasuk taat kepada pemimpin dan siapaun selama tidak mengajak kepada kemaksiatan, Rasulullah bersabda,Tidak boleh taat kepada makhluk, dalam maksiat kepada Alloh.


Begitu juga taat kepada suami, bagi seorang isteri hal ini merupakan sebuah ibadah dan kewajiban. Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:


إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Apabila wanita telah shalat lima waktu, dan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka dikatakan kepadanya; masuklah ke surga lewat pintu mana yang disuka, (HR.Ahmad dari Abdurrahman bin Auf).


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

Kalau wanita diajak oleh suaminya ke ranjang, kemudian dia menolak maka malaikat akan melaknatnya sampai pagi, (HR.Bukhari Muslim).


Ketiga, Hafidzaat (memelihara diri ketika suami tidak ada).

Islam memuliakan wanita muslimah dari kedzaliman jahiliyah yang memperbudak wanita bahkan membunuh anak-anak wanitanya. firman Allah Ta'ala: (QS. An- Nahl (16):58-59).


Al-Quran sangat memperhatikan prinsip-prinsip kesetaraan jender yang bisa dianalisa dengan lewat beberapa variabel sebagai standar di antaranya; laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah yang mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba yang ideal (muttaqin), (QS. 49:13). Penghargaan dan balasan yang akan diperoleh oleh hamba adalah sama tanpa melihat status jendernya, (QS.16:97). Sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi di dunia dan di akherat, (QS.3:195), (QS.4:124), (QS.16:97), (QS.40:40).


Beberapa bentuk kekhususan yang diberikan kepada laki-laki seperti sebagai qawwamah (pelindung) bagi perempuan, (QS.4:34), mendaptakan warisan yang lebih, (QS.4:11), diperkenankan poligami bagi yang memenuhi persyaratan, (QS.4:3), tidaklah menyebabkan laki-laki menjadi hamba yang utama, tetapi harus dipahami sebagai bentuk tanggung jawab yang lebih besar kepada laki-laki dalam kapasitasnya yang mempunyai peran publik dan sosial yang lebih dari perempuan.


Untuk menjaga kehormatan dan kesucian itulah, Allah memerintahkan muslimah untuk menutup auratnya dan tidak dipamerkan kepada orang yang bukan mahramnya. Allah Ta'ala berfirman, "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki- laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki- laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. al-Nur (24): 31).


Firman Allah Ta'ala,Hai Nabi, katakanlah kepada istri- istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri- istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.Yang demikian itu agar mereka lebih mudah utk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu". (QS.Al-Ahzab:59)


Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,Wanita yang paling baik adalah muslimah yang apabila anda melihatnya, kau akan senang, apabila kau menyuruhnya dia akan taat, dan apabila engkau tidak ada di sampingnya, dia akan menjaga dirinya dan hartamu, (HR. Ibnu Jarir)


Inilah beberapa karakteristik utama muslimah yang ideal menurut al-Quran dan Sunnah. semoga Allah Ta'ala memberikan kita hidayah dan inayah-Nya kepada kita, Amin. Wallahu Alam bishshawab




MERAIH KEHIDUPAN YANG BAIK (HAYATAN THOYYIBAH)

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia) dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl (16): 97)



TAFSIR AYAT

Hayatan Thoyyibah (Kehidupan yang baik)” pada ayat di atas mempunyai banyak pengertian, di antaranya:

  1. Rizqi yang halal dan yang baik (Thoyyib)

  2. Sifat qona’ah (menerima pemberian Alloh apa adanya)

  3. Hidup yang bahagia


Perbedaan penafsiran para sahabat tentang bagaimana hakikat “Hayatan Thoyyibah (kehidupan yang baik)” tersebut (sebagaimana yang dinukil ibnu Katsir), tidaklah bertentangan dan bahkan saling melengkapi satu sama lain. Karena seorang yang beriman pada Alloh Ta’ala yang mengerjakan amal sholih baik laki-laki ataupun perempuan, akan merasakan kehidupan yang penuh bahagia karena ia dicukupi rizkinya oleh Alloh Ta’ala dengan rizki yang halal dan baik dan merasa cukup terhadap apa yang diterimanya serta terhindar dari sifat rakus dan meminta-minta. Dan inilah hakikat sa’adah (kebahagiaan).


Sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam,


قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافاً وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتاَهُ (رواه أحمد)

Sungguh beruntunglah orang yang menyerahkan dirinya pada Alloh dan dia diberi rizqi yang cukup dan merasa cukup dengan apa yang Alloh Ta’ala berikan padanya” (HR. Ahmad dari Ibnu Umar Rodliyallohu ‘anhu)


FAEDAH AYAT

Dari Ayat (surat an Nahl (16): 97) tersebut dapat diambil beberapa faedah, yaitu:

  1. Seseorang yang mendambakan kehidupan yang baik di dunia dan balasan yang lebih baik di akhirat, maka hendaknya dia melakukan amal sholih. Adapun yang dikatakan amal sholih adalah amalan yang sesuai dengan tuntunan kitabulloh dan sunnah Rosul yang Shohih (Tafsir Ibn Katsir). Sebab Alloh Ta’ala hanya menerima dan membalas amal sholih yang sesuai dengan al Qur’an dan sunnah Rosululloh shollahu ‘alaihi wasallam.


Sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam:


مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُناَ فَهُوَ رَدّ ٌ

Barang siapa yang beramal suatu amalan yang tidak pernah aku perintahkan atasnya, maka ia tertolak” (HR. Hakim, Shohih)


  1. Amal sholih (amalan yang sesuai dengan tuntunan Alloh Ta’ala dan Rosululloh Shollahu ‘alaihi wasallam) akan diterima Alloh Ta’ala apabila apabila ia beriman kepada Alloh dengan ikhlash, dan tidak menyekutukannya dengan segala sesuatu apapun. Sebab Alloh Ta’a tidak akan menerima semua amalan orang musyrik bahkan semua amalan yang pernah dikerjakannya gugur pahalanya karena perbuatannya.


Firman Alloh Ta’ala (QS. Surat az Zumar/39: 65)

Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az Zumar/39: 65)


  1. Agama Islam sangat memuliakan hambanya tanpa melihat jenis kelamin, Alloh Ta’ala memberi porsi dan ruang yang sama terhadap laki-laki dan perempuan dalam melakukan kebaikan. Dan Alloh akan membalas siapapun sesuai apa yang dikerjakannya tanpa mengurangi sedikitpun hak mereka.


    (Ditulis oleh: Ainur Rofiq el- Firdaus)




Senin, 09 November 2009

YA UKHTI JAUHILAH TABARRUJ......

Apa itu Tabarruj…?


Tabarruj yakni bila “seorang wanita menampakkan perhiasannya dan kecantikannya serta terlihat bagian-bagian yang seharusnya wajib ditutupi, dimana bagian-bagian itu akan memancing syahwat pria.” [ Fathul Bayan 7 / 274 ]

Allah Azza wajalla tentang permasalahan ini bersabda dalam Surah Al-Ahzab:

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kalian bertabarruj seperti bertabarruj-nya wanita jahiliyyah dahulu, dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah Allah dan Rasul- Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul-bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya". [QS Al-Ahzab : 33 ]

————————————————————————

Imam Adz~Dzahabi berkata dalam “Al~Kaba`ir” yakni “Di antara perbuatan yang menyebabkan para wanita mendapat laknat adalah menampakkan perhiasan emas dan permata yang ada di balik pakaiannya, memakai misk, anbar (nama sejenis minyak wangi) dan parfum jika keluar dari rumah, memakai pakaian-pakaian yang dicelup, sarung-sarung sutera dan penutup kepala yang pendek, bersamaan dengan itu dia memajangkan pakaian, meluaskan dan memanjangkan ujung lengan pakaian. Semua itu termasuk tabarruj yang Allah murkai. Allah murka kepada pelakunya di dunia dan akhirat. Karena perbuatan-perbuatan ini yang banyak dilakukan wanita, Rasulullah Shalallohu`alaihi wasallam bersabda:

“……. Aku memandang ke neraka, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.”

Hadits ini diriwayatkan oleh :

1. – Bukhari dalam kitab Bad’ul Khalq bab Maa Ja’a fi Shifatil Jannah (kitab 59 bab 8).

2. – Tirmidzi dalam kitab Shifatil Jahannam bab Maa Ja’a Anna Aktsara Ahli Nar An Nisa’ (kitab 40 bab 11 hadits ke-2602), dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi 2098 dari Ibnu Abbas.

3. – Ahmad 2/297 dari Abu Hurairah. Dan hadits ini dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’ 1030.



Dari Imran bin Hushain berkata : “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Sesungguhnya penghuni Surga yang paling sedikit adalah para wanita….’ “

(HR. Muslim 95, 2738. An Nasa’i 385)



Saya (Syaikh Al~Albani, pent.) berkata: “Islam telah bersikap keras dalam memperingatkan ummatnya dari perbuatan tabarruj ini hingga menyandingkannya dengan kesyirikan, zina, mencuri dan perbuatan haram lainnya. Itu terjadi ketika Nabi Shalallohu`alaihi wasallam membai`at para wanita agar mereka tidak melakukan hal-hal itu. Abdullah bin `Amr radhiyallahu`anhu berkata: Umaimah binti Ruqaiqah datang kepada Rasulullah Shalallohu`alaihi wasallam untuk berbai`at kepada beliau, maka beliau berkata:

“Saya akan membai’atmu untuk engkau tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, jangan engkau mencuri, berzina, membunuh anakmu, melakukan kebohongan yang engkau buat antara hadapanmu dan antara dua kakimu, jangan meratap dan jangan bertabarrujnya jahiliyyah dahulu.”



Ketahuilah, bukan termasuk perkara terlarang sedikitpun jika pakaian wanita yang dia pakai berwarna putih atau hitam, sebagaimana yang dianggap oleh sebagian wanita yang komit terhadap Sunnah.

Itu dengan alasan :

® Pertama : Sabda Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam yang berbunyi: “ Parfum wanita adalah yang jelas warnanya dan lembut harumnya … “



® Kedua : Pengalaman para wanita sahabat, dengan kisah sebagai berikut :

1 : Dari Ibrohim An Nakha’i bahwa dia masuk bersama Alqamah serta Al Aswad kepada isteri – isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia melihat mereka menyelimuti diri mereka dengan pakaian berwarna merah.

2 : Dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata; Aku melihat Ummu Salamah mengenakan jilbab dan berselimut dengan pakaian yang dicelup ddengan warna mu`ashfar (campuran antara kuning dan merah).

3 : Dari Al qosim, yaitu Ibnu Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq dia berkata bahwa ‘Aisyah memakai pakaian yang dicelup dengan mu’ashfar, padahal dia waktu itu sedang ihram.”

( Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah 120-123 dengan sedikit ringkasan).